Studi Etnografi Bali

Suku bangsa Bali mendiami pulau Bali, dikenal dengan nama daerah tingkat I / Propinsi Bali. Luas pulau Bali 5808,8 km2.
Gugusan pegunungan yang membujur dari barat ke timur memisahkan wilayah Bali menjadi dua bagian, yaitu dataran sebelah utara (lebih sempit) dan dataran sebelah selatan (lebih luas). Sebagian besar wilayah pengunungan masih tertutup oleh hutan rimba yang lebat. Di daerah pengunungan ini terdapat kuil-kuil (pura) yang dianggap suci oleh orang Bali, seperti Pura Pulaki, Pura Batukau dan terutama sekali Pura Besakih. Bahasa Bali termasuk keluarga bahasa-bahasa Indonesia dan tidak jauh berbeda dengan bahasa-basaha Indonesia lainnya. Peninggalan-peninggalan prasati kuno menunjukkan adanya suatu bahasa Bali Kuno yang agak berbeda dengan bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali Kuno dipengaruhi oleh kata-kata Sangsekerta dan bahasa Jawa-Majapahit, sehingga tidak mengherankan apabila bahasa Bali mengenal perbendaharaan kata-kata “hormat” meskipun tidak sebanyak dalam bahasa Jawa.Bahasa hormat ini dipakai saat berbicara dengan orang-orang tua dan orang-orang yang dihormati, meskipun saat ini sudah mengalami perubahan akibat dari modernisasi.
1) Sistem mata pencaharian. Mata pencaharian utama orang Bali adalah bercocok tanam, sebagian kecil lainnya beternak, berdagang, menjadi buruh, pegawai atau yang lainnya. Terdapat perbedaan cara pengolahan tanah pada berbagai tempat di Bali. Bali bagian utara, tanah datarannya sedikit, curah hujan kurang mengakibatkan bercocok tanam tidak begitu berkembang bila dibanding dengan daerah Bali bagian Selatan. Di berbagai tempat yang kurang menguntungkan bagi bercocok tanam padi, timbul usaha-usaha menanam buah-buahan, palwija, kelapa dan kopi. Hasilnya sangat berkualitas sehingga menjadi komoditas niaga ekspor bangsa Indonesia.
2) Sistem kekerabatan, Perkawinan memiliki arti penting dalam kehidupan orang Bali, karena melalui perkawinan barulah seseorang dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat yang berhak memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban seorang warga masyarakat dan kelompok kerabat. Perkawinan ideal bagi suku bangsa Bali adalah perkawinan antara pria dan wanita yang dianggap sederajat. Perkawinan suku bangsa Bali bersifat endogami klen, baik bersifar dadai maupun kasta. Perkawinan sangat ideal orang Bali adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara laki-laki. Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan orang Bali berpegang teguh pada prinsip patrilineal yang amat dipengaruhi oleh sistem keluarga luas patrilineal yang mereka sebut dadia dan sistem pelapisan sosial yang disebut wangsa (kasta). Pelapisan sosial masyarakat Bali terdiri dari 3 (tiga), yaitu kelas sosial utama, madia dan nista. Kasta utama dan tertinggi adalah golongan brahmana, kasta madia adalah golongan ksatria dan kasta nista adalah golongan waisya. Masih ada kelas sosial lainnya yang dianggap sebagai kelas sosial paling rendah, yaitu orang-orang yang tidak berkasta disebut dengan sudra (jabawangsa).
3) Sistem kemasyarakatan, kesatuan wilayah tempat tinggal orang Bali disebut desa. Ada dua jenis desa, yaitu desa di daerah pengunungan dan desa di daerah datar. Wilayah desa di daerah pengunungan sangat kecil dan jumlah penduduknya sangat terbatas. Wilayah desa daerah datar luas dan jumlah penduduknya lebih banyak. Dalam desa daerah datar sering terdapat differensiasi ke dalam kesatuan-kesatuan adat yang disebut dengan Banjar. Keanggotaan Banjar bersifat terbuka dan terbatas pada orang-orang yang lahir di Banjar itu. Bale Banjar merupakan pusat Banjar yang dijadikan sebagai tempat warga Banjar saling bertemu dan berapat pada hari-hari yang tetap. Banjar dipimpin seorang kepala yang disebut dengan klian banjar. Ia dipilih secara demokratis untuk masa jabatan tertentu oleh warga Banjar. Tugasnya sangat luas meliputi kehidupan sosial dan keagamaan.
4) Agama dan sistem religi, agama utama suku bangsa Bali adalah agama Hindu-Bali. Sebagian kecil dari orang Bali ada juga yang menganut agama Kristen, Katolik dan Islam. Di dalam kehidupan keagamaannya, orang yang beragama Hindu-Bali percaya akan adanya satu Tuhan, dalam bentuk konsep Trimurti Yang Esa. Ada tiga wujud Trimurti, yaitu wujud Brahmana sebagai pencipta, wujud Wisnu sebagai pelindung dan pemelihara dan wujud Siwa sebagai
pelebur dari segala yang ada. Selain itu orang Bali juga percaya kepada pelbagai dewa dan roh yang lebih rendah dari Trimurti dan yang mereka hormati dalam upacara bersaji. Pengaruh agama Hindu-Bali sangat tampak pada kehidupan sosial budaya orang Bali. Oleh karena itu sikap dan perbuatan mereka selalu didasari nilai-nilai athman (menganggap penting konsepsi tentang Roh Abadi), karmapal (adanya buah setiap pebuatan), purnabawa (kelahiran kembali sang jiwa), moksa (kebebasan jiwa dari kelahiran kembali). Ada tiga tahap upacara kematian orang Bali, yaitu ngaben (pembakaran mayat), nyekah (upacara penyucian) dan upacara ngelinggihang Koenjaraningrat (1999) mengelompokkan suku bangsa Bali pada tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komuniti petani dengan differensiasi dan stratifikasi sosial yang agak kompleks. Masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya itu mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban kepegawaian yang dibawa oleh sistem pemerintahan kolonial. Semua gelombang pengaruh kebudaan asing dialami.

Komentar

Postingan Populer