Faktor – Faktor Terjadinya Revoludi Industri

Faktor – Faktor Terjadinya Revoludi Industri
Revolusi Industri bukanlah suatu proses yang langsung terjadi, tetapi suatu proses sejarah yang memerlukan waktu lama dan didorong oleh berbagai faktor yang menyertainya. Perkembangan Revolusi Industri pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari gambaran sosial-ekonomi, budaya, dan politik yang terjadi pada saat itu di Inggris.
a. Faktor sosial-ekonomi
Jauh sebelum terjadinya revolusi industri, Inggris bukanlah suatu negara yang maju, terutama bila dilihat dari keadaan sosial-ekonominya. Sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian dan peternakan. Meskipun demikian, bila dilihat dari potensi alamnya, Inggris memiliki kekayaan alam yang dapat diunggulkan untuk menuju pada suatu bentuk perekonomian yang maju dan mempengaruhi perdagangan dunia di kemudian hari. Inggris memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah, seperti batu bara dan bijih besi yang digunakan sebagai bahan pembuat mesin. Inggris sudah lama memasok (mengekspor) barang tambang besi di Laut Tengah. Lebih dari itu, selain memproduksi barang-barang hasil tambang, Inggris juga memproduksi hasil perkebunan kapas yang melimpah dari daerah jajahan. Potensi lain yang dimiliki Inggris berasal dari sektor peternakan, terutama peternakan domba yang banyak menghasilkan bahan baku wol.
Dengan demikian, dapatlah dipahami, meskipun pada saat itu Inggris belum menjadi sebuah negara industri yang maju dan menguasai pasaran dunia, tetapi Inggris sudah memiliki banyak faktor pendorong berupa kekayaan alam yang tidak semua negara-negara Eropa memilikinya dalam rangka mengantarkan Inggris menjadi negara yang kaya akan hasil industri. Dengan kata lain, persyaratan sebagai negara industri melalui kepemilikan bahan baku atau bahan mentah sebagian telah terpenuhi Inggris. Potensi inilah yang pada perkembangan selanjutnya menjadi fondasi yang kuat bagi perindustrian di Inggris.
Kembali pada masalah pertanian yang menjadi sumber kehidupan mayoritas masyarakat Inggris, dapatlah diketahui bahwa sebagian besar kepemilikan tanah-tanah pertanian pada saat itu berpusat atau dikuasai oleh raja dan kaum bangsawan, sebagai pihak yang menduduki kelas sosial yang tertinggi.
Adapun kedudukan para petani hanya sebagai penyewa dan penggarap tanah saja. Ketika sektor pertanian mengalami keuntungan, maka yang banyak menikmati keuntungan tersebut adalah raja dan kaum bangsawan sebagai pemilik tanah. Sebaliknya, apabila sektor pertanian mengalami kemerosotan atau kerugian, maka petanilah yang lebih banyak menanggungnya. Bahkan, tidak sedikit dari mereka dengan kerugian tersebut kehilangan sumber penghidupan. Sebagai contoh, ketika harga gandum mengalami penurunan akibat adanya impor gandum maka lahan pertanian itu dijadikan lahan padang rumput yang luas untuk mengembala domba yang bulunya dapat diproduksi menjadi wol sebagai bahan baku tekstil.
Dengan adanya perubahan penggarapan lahan pertanian menjadi lahan peternakan, petani yang selama ini menggarap tanah menjadi kehilangan pekerjaan dan pada akhirnya berujung pada suatu kondisi masyarakat yang diwarnai oleh pengangguran, kemiskinan, dan tindak kriminal, kejahatan merajalela.
Kegelisahan umum tentang pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan digambarkan oleh para sejarawan bahwa pada akhir abad ke-17 paling tidak sepertiga atau setengah penduduk Inggris berstatus menganggur. Untuk beberapa saat berikutnya, kemiskinan dan kejahatan merupakan gejala yang selalu tampak dalam masyarakat Inggris, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Begitu banyaknya para penjahat yang dijebloskan ke penjara, sehingga rumah tahanan menjadi penuh sesak oleh para terpidana. Hal ini membuat pemerintah Inggris harus memikirkan bagaimana mencari atau memindahkan para terpidana ke daerah yang baru. Akhirnya Inggris menemukan benua Australia, sebagai tempat pembuangan para tahanan Inggris. Hampir di setiap desa dan kota terdapat sarang-sarang pencuri. Sudut-sudut kota yang kumuh di kota London misalnya, selalu dijadikan sarang bagi para pelanggar hukum dan pelaku berbagai kejahatan.
Bagi para pemilik lahan atau tanah pertanian, untuk mendapatkan keuntungan yang besar mereka tidak segan-segan menjual lahan pertanian tersebut. Hasil penjualan lahan pertanian tersebut selanjutnya dipakai untuk modal atau menanam modal pada pabrik dan industri. Tanpa disadari, keadaan ini menimbulkan revolusi agraria, suatu revolusi yang telah membawa perubahan sosial pada masyarakat Inggris. Pada kehidupan masyarakat ditandai dengan adanya berbagai perubahan. Di daerah pedesaan masyarakat yang semula berprofesi sebagai petani, sejak saat itu tidak lagi berorientasi pada pertanian, tetapi sudah mengarahkan perhatiannya pada pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.
Munculnya pabrik dan industri di daerah perkotaan telah menimbulkan ekses-ekses yang sukar diatasi dan semakin menambah runyamnya kondisi masyarakat pada waktu itu. Banyak penduduk pedesaan, terutama mereka yang menganggur datang ke kota untuk mencari pekerjaan di pabrik-pabrik sentra industri. Urbanisasi dengan segala konsekuensinya terjadi secara besar-besaran, sebab di kota terdapat sistem ekonomi pasar yang mengandalkan adanya peningkatan produksi, buruh, distribusi, dan profit.
b. Faktor budaya
Terjadinya revolusi industri di Inggris tidak bisa dilepaskan dari adanya peranan para ilmuwan sebagai inovator yang telah banyak memberikan sumbangan melalui penemuan ilmu pengetahuan baru, terutama di bidang teknologi.
Penemuan-penemuan tersebut, dalam rentang waktu yang cepat berpengaruh pada pengembangan alat-alat industri yang membawa pada perubahan cara kerja dan produksi. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa sebelum dikenal alat-alat mekanis dan otomatis, masyarakat Eropa bekerja dengan menggunakan alat-alat manual yang mengandalkan tangan dan kaki. Setelah ditemukannya alat-alat yang menggunakan mesin dan digerakkan oleh mesin uap, maka terjadilah penggantian dalam sistem kerja dan penghematan tenaga kerja. Selain itu, mesin-mesin dapat memproduksi barang dengan cepat dalam jumlah yang besar.
Penemuan besar yang merupakan awal revolusi industri adalah penemuan mesin uap oleh James Watt (1796). Penemuan ini merupakan salah satu faktor penentu bagi perkembangan industri modern di Inggris. Pada awal penemuannya, mesin uap ini digunakan untuk pabrik-pabrik tekstil. Pabrik industri yang semula digerakkan oleh tenaga manusia, dengan cepat beralih ke tenaga mesin. Sejak saat itu, di Inggris bermunculan pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Liverpool, Manchester, dan Birmingham. Pada perkembangan selanjutnya, penemuan mesin uap ini dimanfaatkan pula untuk menggerakkan alat angkutan atau transportasi. Pada tahun 1802, berhasil dibuat kapal api. Begitu pula pada tahun 1804, Richard Trevithick163 berhasil menemukan mesin lokomotif yang digerakkan dengan mesin uap.
Selanjutnya lokomotif ini disempurnakan lagi oleh George Stephenson pada tahun 1819 dengan pembuatan kereta api. Beberapa tahun setelah itu, tepatnya sejak tahun 1825 beberapa kota di Inggris telah dapat dihubungkan dengan kereta api. Pada mulanya kereta api ini hanya digunakan untuk mengangkut batu bara dan besi saja, tetapi kemudian digunakan juga untuk mengangkut manusia. Lebih jauh lagi, dengan penemuan mesin uap ini berpengaruh pula bagi lancarnya kegiatan industri saat itu.
Sebelum mesin uap ditemukan, sebenarnya pada tahun 1762, James Hargreaves menemukan mesin tenun yang disebut Spinning Jenny. Oleh John Kay dan Richard Arkwright (1768) disempurnakan lagi menjadi mesin tenun yang dapat bekerja sendiri (otomatis). Edmund Cartwright (1785) mencoba mengembangkan mesin tenun yang lebih baik. Begitu pula Isaac Merrit Singer (1815) dari Amerika Serikat berhasil membuat model mesin jahit yang sampai sekarang menjadi merek mesin jahit terkenal di dunia yaitu mesin jahit Singer.
Penemuan lain yang mendukung revolusi industri di Inggris, terjadi pula pada bidang-bidang lainnya, salah satunya dalam bidang perlistrikan. Pada tahun 1752, Benjamin Franklin berhasil menemukan gejala listrik yang berasal dari awan, sementara Luigi Galvani dan Alessandro Volta (1780) menemukan aliran listrik. Andre Ampere menemukan alat pengukur listrik, sedangkan lampu pijar oleh Thomas Alfa Edison.
Dalam bidang telekomunikasi, Morse (18342) adalah orang yang menemukan pesawat telegraf, sedangkan pesawat telepon oleh Graham Bell (1872).
c. Faktor politik
Pada abad ke-17, Inggris tampil sebagai sebuah negara yang menguasai lautan (Sarvajala). Hal ini terbukti dengan semakin luasnya daerah perdagangan Inggris di kawasan Asia maupun Amerika. Suatu posisi yang pada hakikatnya mendorong Inggris untuk menjadi sebuah negara yang kaya raya di kawasan Eropa. Dalam perdagangannya, Inggris tergolong negara yang mahir memainkan peranan dan strategi perdagangan. Sebagai bukti, pemerintah Inggris memiliki persekutuan dagang yang disebut East Indies Company (EIC) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. EIC merupakan sebuah persekutuan dagang yang menjadi saingan bagi persekutuan dagang Belanda yang bernama VOC di wilayah Hindia Timur dan Asia Timur. Menjelang abad ke-18, persekutuan EIC ini mengalami kemajuan yang pesat.
Posisi Inggris semakin menguntungkan dengan bertambahnya daerah jajahan di India dan Amerika Utara. Melalui daerah jajahan tersebut, Inggris mencapai kemakmuran. Daerah jajahan tersebut, terutama daerah jajahan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak, dijadikan kawasan potensial untuk memasarkan hasil industrinya. Untuk mempertahankan posisi yang menguntungkan tersebut, Inggris memberlakukan tiga prinsip terhadap daerah jajahannya, yaitu:
1) berusaha untuk tetap mempertahankan tanah jajahan;
2) memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat di daerah jajahan;
3) memperluas dan mengembangkan daerah jajahan.
Selanjutnya Inggris memiliki daerah jajahan yang hampir tersebar di seluruh benua. Tidak mengherankan jika Inggris membanggakan dirinya dengan mengatakan The Sun Never Sets in the British Empire. Adapun daerah jajahan Inggris yang dimaksud adalah:
1) di Asia, pusat jajahannya di India, dengan daerah jajahannya Malaysia, Singapura, dan Myanmar;
2) di Afrika, pusat jajahannya di Afrika Selatan;
3) di Amerika, dengan pusat jajahannya di Amerika Utara;
4) Australia, New Zeeland, dan Papua Nugini
Bagi pemerintahan Inggris, Revolusi Industri di satu sisi memberikan keuntungan yang besar, tetapi di sisi lain menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat. Dengan berdirinya pusat-pusat industri di kota-kota maka arus urbanisasi tidak bisa dicegah. Para petani yang telah kehilangan mata pencahariannya datang ke kota untuk menjual tenaga dengan upah yang rendah. Banyak di antara petani tersebut dalam menjalani kehidupannya di kota industri tidak terjamin, baik pemukiman maupun kesehatannya. Dalam kondisi yang demikian, muncullah gerakan-gerakan buruh dengan segala permasalahannya.
Sampai sekarang federasi buruh itu eksis, bahkan menjadi partai politik terbesar yang bisa mengantarkan para pemimpinnya menjadi tokoh nasional. Sebagai contoh Perdana Menteri Tony Blair yang sekarang menjabat sebagai ketua Partai Buruh Inggris. Kemajuan dan perubahan dalam bidang industri yang dicapai oleh Inggris, kemudian menyebar dan berpengaruh ke negara-negara lain di Eropa. Setiap negara saling bersaing, termasuk persaingan dalam memperebutkan daerah jajahan.
Setelah terjadinya revolusi industri, Inggris mengganti politik Merkantilisme dengan politik ekonomi bebas (liberal). Pada pelaksanaannya, perubahan politik tersebut telah memberi peluang yang sangat menguntungkan bagi para pemilik modal dan pemilik pabrik industri. Penerapan prinsip-prinsip ekonomi liberal yang dikembangkan pemerintah Inggris pada saat itu mendorong lahirnya kapitalisme modern. Dalam hal ini, setiap pemilik modal dan pabrik industri Wilayah kekuasaan Inggris.
berperan sebagai pelaku ekonomi tunggal, baik itu sebagai produsen, distributor, maupun pedagang. Dari kapitalisme modern ini, lahirlah imperialisme modern karena sebagai produsen membutuhkan bahan mentah untuk industri dan sebagai pedagang membutuhkan daerah pemasaran. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut pemerintah Inggris segera mencari daerah jajahan yang lebih luas lagi.

Komentar

Postingan Populer