biografi barack obama

Sebelum maupun sesudah menjadi presiden
Amerika Serikat, banyak buku mengenai barrack Obama yang diterbitkan. Namun jauh sebelum menjadi presiden, Barack Obama telah menulis kisah hidupnya selama tinggal di Jakarta, Indonesia pada tahun 1995. Dengan detail pria berkulit hitam yang mempynyai ayah dari Kenya dan ibu asli Amerika, menceritakan darimana dia berasal, masa kecil di hawai, kemudian pindah ke Jakarta, serta kuliah di Chicago. Dia mencari identitas budayanya di Afrika, di tengah-tengah keluarganya yang Muslim. Obama yang akrab dipanggil Barry mengaku sempat kehilangan identitas. Barry marah dan frustasi akibat perlakuan diskriminasi orang-orang kulit hitam. Namun dia tidak mampu untuk melampiaskan rasa marahnya. Hal itu karena dia selalu ingat ibu kandungnya yang berkulit putih. Akibatnya Barry menjadi putus asa dan kehilangan semangat. Dia jadi akarb dengan obat-obatan terlarang dan minuman beralkohol.Untunglah keadaan ini tidak berlangsung lama. Ia bangkit kembali dengan semangat atas rasa persaudaraan yang melintasi warna kulit antara ayah dan ibunya. Obama merasa menemukan kembali impian yang diberikan oleh ayahnya. Dulu ayahnya adalah anak miskin keturunan kulit hitam yang berasal dari sebuah desa di Kenya namun mampu mengejar ilmu sampai di Amerika. Barry mengikuti jejak ayahnya. Dia menjadi aktivis dan menjadi satu-satunya senator yang berkulit hitam, hingga menjadi Presiden Amerika Serikat. Secara khusus, Barry juga bercerita tentang Indonesia. Ibunya menikah dengan orang Indonesia, Lolo Soetoro yang bertemu ketika masih di hawai. Sebelumnya Barry berpikir kalau Indonesia adalah negara yang miskin dan belum berkembang. Namun setelah sampai di Jakarta bersama ayah tirinya, dia memperoleh banyak pelajaran berharga. Barack Obama juga menceritakan rasa sayang dan bangga terhadap ayahnya, Barack Hussein Obama Sr, dan ibunya Shirley Ann Dunham. Mereka bercerai tahun 1963 ketika Obama berusia dua tahun. Meski tinggal bersama ibunya, namun hubungan dengan ayah dan keluarga di Kenya tidak pernah putus. Dari sini Obamma mengetahui impian ayahnya yang belum tercapai. Sedang tentang ibunya, Obama bercerita kalau selama hidupnya ibunya menghabiskan waktu selama sepuluh tahun berkeliling dunia dan bekerja di pelosok desa-desa di Asia dan Afrika. Dia membantu kaum perempuan dengan membelikan mesin jahit dan memberi pendidikan sebagai modal bagi kemajuan ekonomi keluarganya. Obama gembira karena buku ini masih sempat dibaca oleh ibunya. Bahkan ibunya juga ikut membaca draf, memperbaiki yang salah dan mengomentari tulisan tentang dirinya. Beberapa bulan setelah buku ini terbit, ibunya meninggal akibat kanker. Buku tentang pergulatan Obama ini sangat bagus untuk dijadikan inspirasi bagi pembacanya. Sebuah buku yang berisi tentang kekuatan impian, harapan, cita-cita, persaudaraan dan toleransi yang nyata.

Komentar

Postingan Populer